Minggu, 01 Juni 2014

laporan praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura "pemupukan dan pengukuran tanaman sawi"

BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Pada umumnya tanaman hortikultura merupakan komoditas yang memiliki prospektif yang sangat baik untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi khususnya bagi para petani. Tanaman Hortikultura diataranya yaitu buah- buahan, obat-obatan, tanaman hias serta sayur-sayuran sepertu sawi.
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies Brassicayang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia penyebutan sawibiasanya mengacu pada sawi hijau     (Brassica rapa kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa) kelompok pekinensis, disebut juga petsai yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau adalahsesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan (Brassica oleracea) kelompok alboglabraadalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi gorengSawi sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal pula dalam dunia boga Indonesia (Yudharta, 2009).
Di Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Di antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya. Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik (Anonim, 2010).
Ditinjau dari aspek klimatologis, aspek teknis, aspek ekonomis dan aspek sosialnya sangat mendukung, sehingga memiliki kelayakan untuk diusahakan di Indonesia. Sebutan sawi orang asing adalah mustard. Perdagangan internasional dengan sebutan green mustard, chinese mustard, indian mustard ataupun sarepta mustard (Rianto, 2009).

1.2     Tujuan dan Kegunaan praktikum
Tujuan dari Praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura yaitu untuk mengetahui teknik budidaya dari Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Sedangkan kegunaan dari Praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura yaitu agar mahasiswa mengetahui pengaruh perlakuan pemberian pupuk pada tanaman yang dibudidayakan.

















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1         Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.), Kingdom: Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Rhoeadales, Famili: Cruciferae, Genus: Brassica, Spesies: Brassica juncea L (Kloppenburg, 2008).
Morfologi tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) yaitu termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong kedalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman sawi tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 26 cm-33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya. Tanaman sawi mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop, serta berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar, sehingga perakarannya sangat dangkal pada kedalaman 5 cm. perakaran tanaman sawi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, dan mudah menyerap air, dan kedalaman tanah (Solum tanah) cukup dalam. Tanaman sawi memiliki batang pendek yang berwarna keputih-putihan denng ukuran panjang 1,5 cm dan diameter 3,5 cm (Mandha, 2010).

2.2         Syarat Tumbuh
         Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat memberikan hasil panen yang tinggi.  Sehingga dengan demikian untuk menunjang usaha tani sawi hijau yang berhasil, lokasi usaha tani harus memilki kondisi lingkungan yang sesuai seperti yang di kehendaki tanaman. Sebab, kecocokan keadaan lingkunan (iklim dan tanah) sangat menunjang produktifitas tanaman berproduksi. Hingga dewasa ini masih banyak di jumpai petani mengalami kegagalan panen atau memperoleh kuntungan yang rendah karena kurang memperhatikan keadaan lingkungan lokasi penanaman (Yudharta, 2010).
Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi.  Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.  Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. Lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimumuntuk pertumbuhannya adalah antara  pH 6 sampai pH 7 (Margiyanto, 2010).

2.3         Teknik Budidaya
Teknik budidaya tanaman sawi meliputi pemilihan benih, pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun (Mandha, 2010).
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung.Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajat keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2-4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2 (Rianto, 2009).
Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80-120 cm dan panjangnya 1-3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan     20-30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1-2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati       3-5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3-4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan (Margiyanto, 2010).
Penanaman tanaman sawi dibedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4-8 X 6-10 cm (Rianto, 2010).
Pemeliharaan merupakan hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat.    Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan  (Kloppenburg, 2008).





BAB III
METODOLOGI

3.1         Tempat dan Waktu
Praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura tentang Teknik  Budidaya Tanaman Sawi hijau (Brassica junceaL.) bertempat di lahan percobaan akademik Fakultas Pertanian, Universitas Jambi. Praktikum tersebut dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 1 Mei 2014 jam 08.00 sampai dengan selesai. 

3.2         Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum Budidaya Tanaman Hortikultura tentang Teknik  Budidaya Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) adalah meteran atau penggaris,  Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum tersebut yaitu bibit tanaman Sawi, pupuk NPK, pupuk kanndang dan air.

3.3         Metode Praktek
 Pemberian pupuk cair dengan dosis 10 ml ditambah 2 liter air dan pada minggu itu juga di lakukan pengukuran yaitu jumlah daun, tinggi tanaman pada sampel tanaman yang sudah dipilih. Pengukuran terus di lakukan sampai   beberapa minggu dan kemudian dilakukan pemanenan.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1        Hasil     
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum Budidaya tanaman Hortikultura sebagai berikut :
Perlakuan kelompok D4 menggunakan konsentrasi pupuk cair 10 ml ditambah 2 liter air.

Table 1. Pengamatan Tinggi tanaman dan Jumlah Daun Tanaman Sawi hijau (Brassica juncea L.)

SAMPEL
TINGGI TANAMAN
JUMLAH DAUN
D1
10 cm
4
D2
9 cm
4
D3
8 cm
5
D4
2 cm
2














4.2  Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 di atas yaitu tentang Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun pada tanaman Sawi hijau (Brassica juncea L.) dengan Perlakuan Pupuk cair dengan konsentrasi 10 ml ditambah 2 liter air memiliki berbagai perbedaan. Pada sampel D1 memiliki tinggi 10 cm yang merupakan tanaman yang memiliki ketinggian paling tinggi, diikuti oleh sampel D2, D3, dan D4.
Pengamatan tentang jumlah daun Sawi hijau (Brassica juncea L.), ada yang mempunyai jumlah daun sebanyak 5 buah, berarti dalam hal ini sampel D3 paling unggul dalam jumlah daun.
Seharusnya semakin banyak jumlah daun yang dimiliki akan memiliki tinggi tanaman yang tinggi, karena daun berfungsi sebagai tempat proses fotosintesis dan menghasilkan energi yang pasti akan berdampak langsung pada pertumbuhan tanaman sawi. Namun dalam hal praktikum yang kami lakukan, tanaman sawi yang memiliki jumlah daun paling banyak hanya memiliki ketinggian 8 cm saja dan itu berada di nomor tiga dari sampel D1 dan D2.
Pada tanaman sawi yang dibutuhkan adalah daunnya yang akan dikonsumsi, sehingga perlu diperhatikan jumlah daun yang ada, jangan sampai daun sawi berwarna pucat, kuning ataupun coklat. Fungsi diberikannya pupuk cair adalah agar pertumbuhan sawi baik dan dapat menguntungkan bagi produsennya.
Penanaman tanaman sawi dibedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 – 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm, 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4-8 X 6-10 cm (Rianto, 2009).
Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat (Mandha, 2010).
Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan  (Kloppenburg, 2008).















BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1        Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.     Tanaman sawi hijau dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi.
2.     Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong kedalam tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman sawi tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 26-33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya.
3.      Teknik budidaya tanaman sawi hijau meliputi pemilihan benih, pengolahan tanah, pembibitan, penanaman, pemeliharaan.

















DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Budidaya Sawi Organik http://Uncategorized-Go Blokme.htm. ( Diakses pada tanggal 29 april 2014)
Margiyanto E., 2010. Cahaya Tani http://Budidaya Tanaman Sawi « Cahaya Tani.htm. ( Diakses pada tanggal 29 april 2014)
Rianto, 2009. Cara Menanam Sawi. http://tips-cara-menanam-sawi.htm. ( Diakses pada tanggal 29 april 2014)
Yudharta, 2010. Tanaman Sawi http://Tanaman Sawi « Community Aji Chrw-95%.htm. ( Diakses pada tanggal 29 april 2014)



2 komentar: